Senin, 28 Februari 2011

Teori Psikoanalisa "Sigmund Freud" dan Psikososial "Erik H. Erikson" tentang Kepribadian

Sigmund Freud (1856-1939) “Perkembangan Psikoanalisa/Psikoseksual” 

Freud beranggapan bahwa struktur kepribadian merupakan unsur-unsur atau komponen yang membentuk diri seseorang secara psikologis. Freud adalah penggagas psikoanalisa, salah satu contoh struktur kepribadian yang paling tua.. Berdasarkan beberapa penelitian ia menyimpulkan bahwa dalm diri manusia kepribadian terdiri atas 3 komponen utama yaitu Das es, das ich, das Uber Ich istilah lainnya id, ego, super ego. Untuk memudahkan pemahaman, id artinya nafsu atau dorongan-dorongan kenikmatan yang harus dipuaskan, bersifat alamiah pada manusia. Ego sebagai kemampuan otak atau akal yang membimbing manusia untuk mencari jalan keluar terhadap masalah melalui penalarannya. Super Ego sebagai norma, aturan, agama, norma sosial.

a)    Sejarah hidup Sigmund Freud
Sigmund Freud yang terkenal dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Gerald Corey dalam “Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy” menjelaskan bahwa Sigmund Freud adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari tiga laki-laki dan lima orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang ayah yang sangat otoriter dan dengan uang yang sangat terbatas, sehingga keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah aparterment yang sempit, namun demikian orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan motivasi terhadap kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya. Sebagian besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang mengalami problema emosional yang sangat berat adalah saat kreativitasnya muncul. Pada umur paruh pertama empat puluhan ia banyak mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya maut dan fobi-fobi lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri ia mendapat pemahaman tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang. Sigmund Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia sering menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya tersebut terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja. Karena karya dan produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai pencetus psikoanalisis yang mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga telah meletakkan teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia. Hasil usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan. Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebahagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.
Lima karya Freud yang sangat terkenal dari beberapa karyanya adalah :
1)      The Interpretation of dreams (1900),
2)     The Psichopathology of Everiday Life (1901),
3)     General Introductory Lectures on Psichoanalysis (1917),
4)     New Introductory Lectures on Psichoanalysis (1933) dan
5)     An Outline of Psichoanalysis (1940).
Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut A. Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas Clark di Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis sudah didirikan di banyak negara.

b)    Persepsi Freud tentang sifat manusia
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut. Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah. Kecemasan muncul karena adanya konflik antara id dengan super ego.

c)    Struktur Kepribadian dalam pandangan Freud
Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongandorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah-benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego. Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk
mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut
terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan. Menurut Calvil S. Hall dan Lindzey, dalam psikodinamika masing-masing bagian dari kepribadian total mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja dinamika dan mekanisme tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama lainnya, sehingga tidak mungkin dipisahkan. Id bagian tertua dari aparatur mental dan merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id dan instink-instink lainnya mencerminkan
tujuan sejati kehidupan organisme individual. Jadi id merupakan pihak dominan dalam kemitraan struktur kepribadian manusia.
Cara kerja masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah :
1.       Apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengumbar impuls-impuls primitifnya,
2.      Apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan
3.      Apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irrasional.
Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah : Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer. Id mulai berkembang pada usia bayi, bagian kepribadian yang paling primitif, dan sudah ada sejak lahir Aspek biologis dari kepribadian. Id terdiri dari dorongan (impuls) dasar : kebutuhan makan, minum, eliminasi, menghindari rasa sakit, memperoleh kenikmatan sosial. Id juga merupakan kondisi Unconsciousness, sumber energi psikis, sistem kepribadian yang dasar, terdapat naluri-naruli bawaan, berisi keinginan-keinginan yang belum tentu sesuai dengan norma. Id biasanya menuntut segera dipuaskan (the principles of constancy). Id akan Menjalankan fungsi tindakan refleks dan proses berpikir primer. Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalu lintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super-ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id, yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego.sedangkan pertimbangan halal dan haram dalam mencari makan adalah kerja Super ego. Ego mulai berkembang usia 2-3 th. Ego merupakan aspek psikologis kepribadian. Ego berada pada tingkat pra sadar. Ego menjalankan fungsi dengan proses berpikir sekunder (rasional). Ego merupakan hasil kontak individu dengan dunia luar/lingkungan (The realita of principles) dan penengah tuntutan id dan superego. Sedangkan yang ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat. Super ego Mulai berkemb usia 4-6 tahun. Super Ego merupakan aspek sosiologis kepribadian, sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan yang sifatnya evaluatif. Terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturanaturan dari significant others. Berfungsi dalam legislatif dan yudikatif. Super Ego juga terdiri dari : kata hati (nurani) & ego ideal. Fungsi utama : 1) pengendali id, 2) mengarahkan ego pada tujuan yang yang sesuai dengan moral ketimbang kenyataan, 3) mendorong individu ke arah kesempurnaan.

d)   Pandangan Freud terhadap Kesadaran dan ketidaksadaran
Pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat
dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya. Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut, seperti :
a.      mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri,
b.      salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya,
c.       sugesti pasca hipnotik,
d.      materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas, dan
e.      materi yang berasal dari teknik proyeksi, serta isi simbolik dari simptom psikotik.
Sedangkan kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan.

e)    Pandangan Freud terhadap Kecemasan
Bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah tentang kecemasan. Gerald Corey mengartikan kecemasan itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu. Kecemasan ini menurutnya berkembang dari konflik antara sistem
id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Fungsinya adalah mengingatkan adanya bahaya yang datang. Sedangkan menurut Calvin S. Hall dan Lindzey, kecemasan itu ada tiga, yaitu kecemasan realita, neurotik dan moral.
1)      kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. Misalnya kecemasan saat seseorang menjelang ujian, wawancara, tes kerja.
2)     kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum, misalnya manusia tidak kuat bahwa hasrat seksual harus dipuaskan, hasrat lapar harus dipuaskan, hasrat tidur, hasrat terhindar dari sakit harus dipuaskan tetapi pemuasannya sangat sulit dan perlu perjuangan berat.
3)     kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Misalnya melakukan masturbasi, mencuri, korupsi, berbohong.

f)      Mekanisme pertahanan ego
Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan yang demikian itu, disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah :
1)      represi; ini merupakan sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran,
2)     memungkiri; ini adalah cara mengacaukan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat seseorang dalam mimpi situasi traumatik,
3)     pembentukan reaksi; ini adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan melawannya dalam kesadaran,
4)     proyeksi; ini berarti memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri ke dunia luar,
5)     penggeseran; merupakan suatu cara untuk menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau impuls dengan jalan menggeser dari objek yang mengancam ke “sasaran yang lebih aman”,
6)     rasionalisasi; ini cara beberapa orang menciptakan alasan yang “masuk akal” untuk menjelaskan disingkirnya ego yang babak belur,
7)     sublimasi; ini suatu cara untuk mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara
sosial umumnya bisa diterima, bahkan ada yang dikagumi,
8)    regresi; yaitu berbalik kembali kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami,
9)     introjeksi; yaitu mekanisme untuk mengundang serta “menelaah” sistem nilai atau standar orang lain,
10) identifikasi,
11)  konpensasi, dan
12) ritual dan penghapusan.

Perkembangan kepribadian menurut Sigmund Freud

Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.

Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun yaitu :
1    Tahap oral,
Mouth rule (menghisap, menggigit, mengunyah), Lima mode pada tahap oral yang masing-masing membentuk suatu prototipe karakteristik kepribadian tertentu di kemudian hari, yaitu mode : mengambil, memeluk, menggigit, meludah dan membungkam. Mengambil : menjadi petunjuk tingkah laku rakus, Memeluk : menjadi petunjuk dalam mengambil keputusan dan tingkah laku keras kepala. Menggigit : menjadi petunjuk tingkah laku destruktif; sarkasme, sinis & mendominasi, Meludah : prototipe tingkah laku reject, Membungkam: tingkah laku reject, introvert

2    Tahap anal : 1-3 tahun,
Akhir tahap oral bayi dianggap telah dapat membentuk kerangka kasar kepribadian, meliputi : sikap, mekanisme untuk memenuhi tuntutan id dan realita, dan ketertarikan pada suatu aktivitas atau objek. Kebutuhan menyangkut pemuasan anak terhadap kontrol mengenai hal-hal yang menyangkut anal (mis: bagaimana anak mengontrol keinginan untuk BAK dan bagaimana beradaptasi dengan toilet. Tujuan tahap ini : terpenuhinya pemuasan anak dengan tidak berlebihan akan membentuk self control yang kuat.

3    Tahap phalic : 3-6 tahun,
Solusi permasalahan pada fase oral & anal membentuk pola kerangka yang mendasar tahap berikutnya yaitu phalik. Pada tahap ini kesenangan dan permasalahan berpusat sekitar alat kelamin. Stimulasi pada alat genital menimbulkan dorongan biologis, dorongan dikurangi timbul kepuasan. Permasalah yang timbul : oedipus compleks

4    Tahap laten : 6-12 tahun,
Periode lambat , dimana desakan seksual mengendur. Sebaiknya digunakan untuk mencari keterampilan kognitif/pengetahuan dan mengasimilasi nilai-nilai budaya. Pada periode ini ego & superego terus dikembangkan

5    Tahap genital : 12-18 tahun,
Dorongan/impuls-impuls menguat lagi dengan drastis. Pecapaian ego ideal sudah tercapai pada tahap ini

6    Tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.
Konsep psikolanalisis menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual.

Terdapat beberapa macam pendekatan tentang hal ini, yaitu pendekatan psikoanalisis klasik yang meliputi pendekatan Freudian maupun neo-Freudian. Pendekatan psikoanalisis klasik ini lebih menekankan pada aspek psikoseksual seorang individu, di mana perkembangan yang terjadi digerakkan oleh libido yang mempengaruhi tiga komponen kepribadian yaitu ego, id dan superego. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan interpersonal, di mana individu dilihat sebagai suatu makhluk sosial yang dibentuk oleh lingkungan budaya dan interpersonal. Perkembangan kepribadian seseorang dilihat pada interaksi yang terjadi antara individu yang sedang berkembang dengan teman sebaya, orang tua, sahabat, musuh, dan masyarakat sekitar. Interaksi yang terjadi merupakan suatu pertukaran cinta, kasih sayang dan perhatian. Pendekatan yang ketiga adalah pendekatan epigenesis, di mana tahapan perkembangan yang terjadi tidak berdiri sendiri-sendiri, namun tahapan perkembangan sebelumnya menjadi fondasi bagi tahapan perkembangan berikutnya. Salah satu teori besar yang didasarkan pada pendekatan epigenesis ini adalah teori perkembangan menurut Erikson.

Teori kesadaran Sigmund Freud

A.           Alam Sadar (conciousness)
Æ     Alam Sadar (conciousness) merupakan bagian dari pikiran dimana persepsi yang berasal dari dunia luar atau dari dalam tubuh (pikiran) dibawa ke kesadaran. Dalam proses yang bersumber dari internal, hanya pikiran yang ada di alam pra sadar yang dapat di bawa ke alam sadar
Æ     Kesadaran merupakan fenomena subjektif yang isinya dapat dikomunikasikan hanya melalui bahasa dan perilaku
Æ     Kesadaran menggunakan energi psikis, artinya seseorang menyadari suatu ide atau perasaan akibat adanya sejumlah energi psikis. Energi psikis bentuk konkritnya berupa aliran listrik yang mengalir dalam serabut syaraf melalui neurotransmitter.
Æ     Kesadaran sebagai alat pencerap apa yang menjadi perhatian bekerja sama dengan alam pra sadar. Melalui perhatian individu dapat menjadi sadar (tahu) tentang rangsang yang masuk dari dunia luar, kesadaran dapat menfokuskan beberapa stimulus dan mengabaikan stimulus lain.
B.           Alam Pra Sadar
Æ     Belum ada pada waktu lahir dan berkembang pada masa anak-anak
Æ     Berdekatan dan bekerja sama dengan alam sadar
Æ     Kegiatan mental alam pra sadar dinamakan proses sekunder
Æ     Sangat erat dengan prinsip realita (ego)
Æ     Menjaga jangan sampai hasrat-hasrat yang bertentangan dengan kenyataan keluar ke alam sadar
Æ     Terdiri dari peristiwa-peristiwa, proses dan isi pikir yang dapat dibawa ke alam sadar dengan memusatkan perhatian
C.           Alam Tidak Sadar (unconciousness)
Æ     Mengandung berbagai ide dan afek yang ditekan
Æ     Hasrat/ keinginan tidak dapat dibawa ke alam sadar, hanya kan mendorong alam sadar
untuk melakukan sesuatu
Æ     Menurut Freud, beberapa memori dan keinginan yang menyakitkan, konflik-konflik masa lalu yang tidak dikehendaki, trumatik dan tidak diinginkan cenderung untuk direpresi (penekanan/ditekan) ke alam bawah sadar, hal ini akan terus mempengaruhi perilaku kita walau kita tidak menyadarinya.


Erik H. Erikson (1902-1994) Perkembangan Psikososial

Menurut Erikson, perkembangan manusia melewati suatu proses dialektik yang harus dilalui dan hasil dari proses dialektik ini adalah salah satu dari kekuatan dasar manusia yaitu harapan, kemauan, hasrat, kompetensi, cinta, perhatian, kesetiaan dan kebijaksanaan. Perjuangan di antara dua kutub ini meliputi proses di dalam diri individu (psikologis) dan proses di luar diri individu (sosial). Dengan demikian, perkembangan yang terjadi adalah suatu proses adaptasi aktif. Menurut Erikson, remaja memiliki dua kutub dialektik yaitu Identitas dan Kebingungan. Salah satu dari pencarian individu dalam tahapan ini yaitu pencarian identitas dirinya dengan menjawab satu pertanyaan penting yaitu “Siapa Aku?”. Bila individu berhasil menjawabnya akan menjadi basis bagi perkembangan ke tahap selanjutnya. Namun, apabila gagal, maka akan menimbulkan kebingungan identitas di mana individu tidak berhasil menjawab siapa dirinya yang sebenarnya. Apabila seorang individu tidak berhasil menemukan identitas dirinya, maka ia akan sulit sekali mengembangkan keintiman dengan orang lain terutama dalam hubungan heteroseksual dan pembentukan komitmen seperti yang terdapat dalam pernikahan.

Perkembangan kepribadian dalam teori psikososial Erickson
1           Trust VS Mistrust (0-1/1,5 tahun).
Perkembangan basic trust, essensial. Dalam derajat tertentu diperlukan juga perkembangan ketidakpercayaan (mistrust) untuk mendeteksi suatu bahaya atau suatu yang tidak menyenangkan & membedakan orang-orang yang dapat dipercaya / tidak

2           Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu ( early chilhood : 1/1,5-3 tahun).
Mulai mengembangkan kemandirian. Bisa timbul kegelisahan, ketakutan dan kehilangan rasa pencaya diri apabila suatu kegagalan terjadi.

3           Inisiatif VS Rasa Bersalah (late chilhood:3-6th).
Komponen positif adalah berkembangnya inisiatif. Modalitas dasar psikososialnya : “membuat”, “ campur tangan”, “mengambil inisiatif” , membentuk”, melaksanakan pencapaian tujuan dan berkompetisi”

4           Industri VS Inferiority ( usia sekolah:6-12 tahun).
Dimulai industrial age. Pengalaman berhasil memberikan rasa produktif, menguasai dan kompetitif. Kegagalan menimbulkan perasaan tidak adekuat & inferioritas merasa diri tidak tidak berguna.

5          Identitas dan Penolakan VS difusi Identitas ( masa remaja: 12-20 tahun).
Tahap perkembangan sebelumnya memberi kontribusi yang berarti pada pembentukkan Identitas dapat terjadi krisis identitas. Fungsi dasar remaja : mengintegrasikan berbagai identifikasi yang mereka dapat pada masa kanak-kanak untuk melengkapi proses pencarian identitas.

6           Intimasi dan Solidaritas VS Isolasi (Early adulthood : 20-35 th).
Perkembangan identitas mendasari perkembangan keakraban indvidu dengan orang lain. Kemampuan mengembangkan hubungan dengan sejenis/lawan jenis. Salah satu aspek keintiman adalah solidaritas. Jika keintiman gagal dicapai, individu cenderung menutup diri.

7           Generativitas VS Stagnasi/ mandeg ( middle adulthood : 35-65 th ).
Generativitas bertitik tolak pada ‘ pentingnya dan pengarahan generasi berikutnya’. Penting menumbuhkan upaya-upaya kreatif dan produktif . Bila generativitas gagal, terjadi stagnasi.

8           Integritas VS Keputusasaan (later years: diatas 65 th).
Secara ideal telah mencapai integritas Integritas : menerima keterbatasan hidup, merasa menjadi bagian dari generasi sebelumnya, memiliki rasa kearifan sesuai bertambahnya usia, merupakan integrasi akhir dari tahap-tahap sebelumnya. Bila integritas gagal : timbul keputusasaan, penyesalan terhadap apa yang telah dan belum dilakukannya, ketakutan dalam menghadapi kematian.

Tahapan perkembangan menurut berbagai teori (dalam Papalia, Old, dan Feldman, 2008, hlm. 41)

Tahapan Psikoseksual (Freud) Tahapan Psikososial (Erikson)

Oral (0-12-18 bln), Sumber kenikmatan utama bayi melibatkan aktivitas berorientasi mulut (menghisap & menelan). Kepercayaan dasar vs Ketidakpercayaan (0-12-18 bln), Bayi mengembangkan perasaan bahwa dunia merupakan tempat yang baik & aman. Hikmah : harapan.

Anal (12-18 bln-3 th), Anak mendapatkan kepuasan sensual dengan menahan atau melepaskan feces. Zona kepuasannya adalah daerah anal, & toilet training merupakan aktivitas penting. Autonomi (kemandirian) vs rasa malu & ragu (12-18 bln-3 th), Anak mengembangkan keseimbangan independent & kepuasan diri terhadap rasa malu & keraguan. Hikmah : kehendak.

Phallic (3-6 th), Anak menjadi lengket dengan orang tua dari lain gender & kemudian mengidentifikasikannya dengan orang tua sama gender. Superego berkembang. Zona kepuasannya bergeser ke daerah genital. Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 th), Anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktivitas baru & tidak terlalu terbebani oleh rasa bersalah. Hikmah : tujuan.
Latency (6-pubertas), Masa yang relative tenang di antara tahapan-tahapan yang lebih bergelora. Industri vs inferioritas (6-pubertas), Anak harus belajar keterampilan budaya atau menghadapi perasaan tdk kompeten. Hikmah : keterampilan.

Genital (pubertas-dewasa), Kemunculan kembalil dorongan seksual terhadap phallic, disalurkan kepada kematangan seksualitas masa dewasa. Identitas vs kekacauan identitas (pubertas-dewasa awal), Remaja harus menentukan pemahaman akan diri sendiri (“siapakah saya ini?”) atau merasakan kekacauan peran. Hikmah : loyalitas/dapat dipercaya.

Intimasi vs isolasi (dewasa awal), Individu mencoba membuat komitmen dengan orang lain; apabila tidak sukses, maka ia akan menderita isolasi & pemisahan diri. Hikmah : cinta.

Produktivitas vs stagnasi (dewasa tengah), Perhatian orang dewasa yang sudah matang adalah membangun & membimbing generasi selanjutnya atau merasa tidak PD. Hikmah : rasa peduli.

Integritas ego vs putus asa (dewasa akhir), Individu yang lebih tua mendapatkan penerimaan terhadap hidup, membuatnya dapat menerima kematian, atau sebaliknya, putus asa atas ketidakmampuannya menghidupkan kembali hidupnya. Hikmah : kebijaksanaan.

Jadi, perbedaan pada teori Freud dan Erikson adalah cara pandang mereka terhadap perkembangan. Freud melihat perkembangan kepribadian melalui segi psikoseksual yang lebih menekankan pada kenikmatan. Sedangkan Erikson melihatnya dari segi psikososial, yang berfokus pada bagaimana hubungan social antar individu.


Referensi:
Papalia, Diane E dkk. 2008.
Human Development edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Yosep, I. Handout Perkuliahan Psikologi.
Diperoleh 17 September 2009 dari http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasidosen/mengenal%20tipe%20kepribadian%20dan%20kesadaran%20manusia.pdf

Senin, 14 Februari 2011

Sejarah Kesehatan Mental

 Sejarah singkat perkembangan "Kesehatan Mental"

Setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.[1]
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
sumber:
[1] Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung: CV. Mandar Maju, 1989,
[2] Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental…
[3] Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986, hal. 50-76.
[4] Moeljono Notosoedirdjo, Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002, hal. 14.

Konsep Sehat

Apa sih Konsep Sehat ?

Menurut saya, seseorang dikatakan sehat jika berada dalam kondisi normal. Maksudnya, kriteria yang dimiliki sesuai dengan standar tertentu atau sesuai dengan apa yang ada dalam masyarakat. Hal ini meliputi, fisik, mental dan sosial. Untuk hal fisik, seseorang dikatakan sehat, jika organ tubuhnya berfungsi dengan baik. Dalam hal mental, jika tidak memiliki suatu perilaku yang “menyimpang”. Dan untuk hal sosial, seseorang dikatakan sehat, jika ia mampu menjalin interaksi soaial yang positif terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun kelompok.

Tapi, hal yang paling mendasar menurut saya untuk menentukan seseorang itu sehat atau tidak, dapat dilihat dari keberhasilannya dalam hal spiritual (hubungan dengan Tuhan). Karena, seseorang akan berhasil meraih kesehatan fisik, mental dan sosialnya jika ia berhasil dalam hal spiritualnya. Hubungan yang baik dengan Tuhan, secara otomatis akan menanamkan konsep dan persepsi yang tepat dalam setiap keputusannya. Contohnya seperti, “Apa saja yang terbaik untuk kesehatan tubuh ?” dan “Bagaimana dalam bersikap ?”. Hal-hal seperti ini lah yang menjadi dasar menciptakan kondisi “sehat”, bahkan bukan hanya sehat bagi diri sendiri, tapi juga untuk lingkungannya sebagai makhluk sosial. Dan saya rasa “sehat” dapat diraih, dengan mulai untuk selalu ber-Positive Feeling karena akan selalu memunculkan pikiran-pikiran yang positif, dan akhirnya terciptalah perilaku yang mendatangkan hal-hal yang positif pula. Ini lah pencapaian dari manusia sehat.

(Jika dirasa terlalu bebeda harap dimaklumi, namanya juga Konsep Sehat menurut saya pribadi. Hehe ^.^) Wassalam.